Sunday 27 May 2012

Be Yourself!

Ever since I was a little kid, I didn't want to be me. I wanted to be like Billy Widdledon, and Billy Widdledon didn't even like me. I walked like he walked; I talked like he talked; and I signed up for the high school he signed up for.
Which was why Billy Widdledon changed. He began to hang around Herby Vandeman; he walked like Herby Vandeman; he talked like Herby Vandeman. He mixed me up! I began to walk and talk like Billy Widdledon, who was walking and talking like Herby Vandeman.
And then it dawned on me that Herby Vandeman walked and talked like Joey Haverlin. And Joey Haverlin walked and talked like Corky Sabinson.
So here I am walking and talking like Billy Widdledon's imitation of Herby Vandeman's version of Joey Haverlin, trying to walk and talk like Corky Sabinson. And who do you think Corky Sabinson is always walking and talking like? Of all people, Dopey Wellington --- that little pest who walks and talks like me!

*This is my favourite story from the book "Chicken Soup for The Soul". I hope from this story you can learn that you have to be yourself! As imitating another person seems to be silly and weird according to that story. Just remember, you're special just the way you are! Keep fighting and smiling! :D

Source : A 2nd Helping of Chicken Soup for The Soul

Sunday 20 May 2012

Farewell

Kalian semua pasti pernah mengalami yang namanya perpisahan kan? Entah perpisahan dengan kakek, nenek, orangtua, saudara, teman, guru, hewan peliharaan, bahkan perpisahan dengan sekolah atau rumahmu. Dan sayangnya, setiap perpisahan itu pasti membawa kesedihan tersendiri. Terkadang bisa membuat kamu menangis atau sakit hati, tapi yang pasti kamu merasa kehilangan. Aku juga sering mengalami perpisahan. Mulai dari berpisah sama nenek-ku, sahabatku, guru-ku, mungkin masih banyak lagi yang nggak aku ingat, tapi pasti tiap perpisahan itu membawa kesedihan tersendiri. Walaupun aku nggak pernah nangis waktu berpisah, tapi tetep aja hati ini rasanya sakit (alay).
Sebentar lagi aku juga akan melewati perpisahan lagi. Berhubung aku sudah hampir lulus SMP, jadi pasti ada pesta perpisahan dong. Awalnya sih aku seneng, membayangkan betapa serunya jadi anak SMA, dapet temen baru, sekolah baru, dan hal-hal baru lainnya. Tapi tiba-tiba, aku merasa sedih dan nggak tega buat berpisah sama temen-temen SMP, meskipun baru kenal 3 tahun. Padahal, dulu waktu SD aku nggak merasa sesedih ini waktu perpisahan, walaupun udah berteman selama 6 tahun. Aku nggak nyangka bahwa 3 tahun di SMP benar-benar memiliki arti yang sangat dalam. Ini semua bermula dari SMS yang aku terima dari salah satu sahabatku, inisialnya YULI. Coba kalau dia nggak SMS, pasti aku nggak kepikiran kayak gini. Tapi bukan berarti aku nyalahkan dia. Bagaimanapun, cepat atau lambat, aku juga pasti mikir tentang perpisahan yang menyakitkan ini (hahaha).
Akibat SMS yang sederhana namun mak jleb itu, aku jadi mikir kehidupanku selama SMP. Apa aja yang udah aku kerjain, apa aja yang udah aku rusak, aku dapet temen baru berapa, kehilangan temen berapa. Lagi-lagi ingatanku kembali ke masa awal masuk SMP. Aku inget banget waktu itu aku nggak punya temen. Cuma kenal sama temen SD, itu pun sedikit, sama ada satu temen gereja. Untungnya sih sekelas semua. Awal-awal masuk, aku kemana-mana bertiga sama temen SD-ku dan satu temen baru. Lama-lama, pindah berempat, tetep sama temen SD, ditambah temen gereja, dan dua orang lainnya. Menjelang akhir kelas satu SMP, aku pindah grup lagi, berempat sama temen yang dulunya nggak kenal. Lumayan akrab. Semuanya berubah ketika kelas 8, aku jadi lebih liar (?) dan agak cerewet. Pertamanya sih agak nggak bisa adaptasi, temen duduk juga ganti-ganti terus, tapi beberapa bulan kemudian, aku dapet temen yang cocok banget. Ke mana-mana selalu berempat, ngerusuh juga berempat, sampe2, ada guru yang pernah nyuruh kita bubar! Tapi tentu aja nggak semudah itu (hehe). Intinya, kelas 8 itu bener-bener penuh kenangan! :')
Di kelas 9, temennya ganti semua, penyesuaian lagi. Nggak terlalu sih, soalnya aku tetep sekelas sama sahabat-sahabatku, tapi yang satu di kelas lain :( mungkin emang guru-guru sengaja misahin kita biar nggak terlalu rame di kelas... Awal kelas 9 sih fine fine aja, sampe akhirnya aku ada masalah sama salah satu sahabatku. Sebenernya cuma masalah sepele sih, tapi aku nggak ngerti kenapa, tapi kayak ada sesuatu yang hilang gitu, walaupun aku udah biasa aja sama dia, tapi kita tetep gak bisa kembali seperti dulu. Sangat disayangkan memang, tapi mau gimana lagi, aku sendiri juga nggak tahu gimana cara memperbaikinya. Akhirnya, bener-bener akhir kelas 9, pas masa-masa ujian, aku ketemu sama dua anak ini. Pertamanya bisa cocok soalnya aku sama si YULI itu suka lelaki yang sama ;;), bukan gebetan, lebih tepatnya idola sih (haha). Terus yang satu lagi itu gampang banget tertawa, padahal lelucon nggak seberapa lucu, dia bisa tertawa sampe nangis segala. Karena ke-absurd-an dia lah, aku dan sahabatku jadi tertarik juga sama dia =D Sejak saat itu, ktia kemana-mana selalu berempat, bercanda yang gak penting, tapi lucu (lho?) Cocok banget deh. 
Masalahnya, aku baru bener-bener kenal mereka pas akhir kelas 9. Kenapaa?? Jadi rasanya, baru aja akrab, kok disuruh pisah :( SMA-nya beda-beda lagi. Mungkin ini semua memang kehendak Tuhan O:)
Mungkin beberapa dari kalian juga berpikir bahwa berpisah itu sangat menyakitkan, seperti akhir dari segalanya. Kalian SALAH! Perpisahan itu bukan akhir dari segalanya, karena nggak ada yang namanya sad ending itu. Di mana-mana, ending itu pastilah membahagiakan. Jadi, jangan pernah terpengaruh sama film yang sad ending ato malah open ending, itu semua hanya film, fiksi, nggak ada hubungannya sama hidup kalian. Hidup itu beda sama film, dan dalam hidup semua orang, endingnya pasti happy :) Jadi berbahagialah kalian yang pernah mengalami perpisahan, karena dengan perpisahan itu kalian akan semakin dekat dengan kebahagiaan!

Tuesday 1 May 2012

Catatan Kecil


Pernahkah kau merasa kecewa? Kecewa pada seseorang yang selalu memerhatikanmu? Mungkin kalian pernah mengalaminya, atau mungkin tidak pernah. Tapi yang pasti, aku pernah mengalaminya. Saat itu aku merasa sedih sekaligus kecewa, karena di saat aku membutuhkannya dia tidak ada. Di saat aku merindukannya, dia tak memberikanku sebuah senyuman. Memang hal semacam itu tidak membuat aku tersiksa atau sekarat, tapi cukup ampuh untuk mengecewakan aku. Cukup hebat untuk membuatku merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Peristiwa sepele ini yang sepertinya akan terus menghantuiku selama beberapa tahun ke depan.
Namun, pernahkah kau berpikir? Bahwa orang yang selama ini kau kira selalu menghargai dan mencintaimu ternyata tidak seperti yang kau kira? Seseorang yang selalu tersenyum padamu setiap hari dan menunjukkan perhatiannya secara terbuka, ternyata tidak begitu memerhatikan kita dengan benar. Dia hanya seperti orang yang ingin mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dengan cara membuatmu salah paham. Aku telah mengalaminya. Setelah mengetahui hal itu, aku tidak menangis, aku tidak kecewa. Aku hanya bisa menatap lurus ke depan dengan pandangan optimis, yakin bahwa pasti ada pelajaran yang bisa kupetik dari peristiwa tak mengenakkan ini.
Sekarang, pernahkah kau menoleh ke belakang? Sekedar untuk melihat seseorang yang selalu memerhatikanmu dari jauh? Mungkin seseorang yang selalu kau anggap mengganggu dan menyebalkan, namun ternyata yang paling menyayangimu. Dia tak pernah mengucapkan kata-kata manis atau memberikan senyuman yang indah padamu. Tidak pernah ia menunjukkan perhatiannya di depan teman-temanmu, bahkan dia tak segan mengomelimu dan bertingkah sangat mengesalkan. Orang ini adalah orang yang seringkali tidak kau anggap. Orang yang selalu kau singkirkan demi orang lain, yang sebenarnya selalu menyakitimu. Tapi, cobalah kau mengingat. Berapa kali ia sudah membuatmu tertawa? Berapa kali ia berhasil membuatmu merasa nyaman saat bersamanya?
Walaupun menurutmu ia sangat menyebalkan dan tidak sensitif, tapi sebenarnya ia paling mengenalmu. Ia tahu cara untuk membuatmu senang, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya, dan malah menganggapnya bercanda. Ia selalu bertengkar denganmu, karena ia tahu apa yang baik untukmu. Karena kau tidak pernah mendengarnya, itulah mengapa kau merasa disakiti. Cobalah tengok ke belakang, lihatlah di sana ada orang yang selalu mendukungmu dari belakang. Orang ini tahu apa yang sebenarnya kau butuhkan. Ia memberikan dukungan di saat kau benar-benar memerlukannya, bukan di saat orang lain juga memberikannya. Ia memerhatikanmu, di saat kamu tidak diperhatikan, bukan di saat kamu sedang jadi pusat perhatian. Banyak canda tawa yang kau lewatkan bersamanya, yang mungkin bagimu tidak mengesankan, tapi itulah yang sebenarnya membuatmu bahagia.
Aku tidak merasa bodoh karena baru menyadarinya. Aku bersyukur karena akhirnya aku mengerti bahwa ada seseorang yang selalu menopangku dengan caranya sendiri. Aku bahagia karena aku memang tidak pernah sendiri. Meskipun tidak ada lagi perhatian dan senyum dari dia, tapi aku tahu orang ini pasti memiliki seribu cara untuk membuat hari-hariku lebih berwarna lagi. Membuatku lebih menghargai apa yang telah aku miliki.