Friday 16 March 2012

Dampak "BB" Games Bagi Anak Sekolah

Sebelum merangkak ke pokok masalah, mungkin ada yang bertanya-tanya, apa maksudnya "Dampak BB Games Bagi Anak Sekolah"? Jadi, sekarang aku akan menjelaskannya pada kalian. Sebenarnya kalian nggak usah berpikir terlalu rumit dan berbelit-belit karena aku sendiri juga nggak terlalu suka sama hal yang rumit dan sulit. Jadi, marilah kita berpikir secara sederhana... Sudah tahu artinya? Kalau masih nggak tahu, berarti kalian memang orang yang berpikiran terlalu dewasa. Okelah, daripada kalian merasa kesal karena tidak bisa menemukan jawabannya, aku yang akan memberi jawaban kepada kalian secara cuma-cuma alias GRATIS! Sebenarnya, arti "BB" itu adalah "baik-buruk". Sehingga bisa diambil kesimpulan, judul posting kali ini adalah "Dampak Baik-Buruk Games Bagi Anak Sekolah". Apa yang susah coba? :p

Mungkin ada di antara kalian yang berpikir bahwa judul posting kali ini terlalu serius untuk blog ini. Aku sendiri juga berpikir begitu. Aku membuat posting ini demi nilai yang baik, jujur saja. Sekalian curhat, bulan ini adalah bulan yang cukup berat bagiku, atau bagi kami anak-anak kelas 9. Karena ujian nasional sudah semakin dekat, bulan ini pun dipenuhi dengan UAS, ujian praktek, dan ujian sekolah. Sekarang ini aku membuat posting dalam rangka tugas praktek TIK. Semoga aku mendapat nilai bagus O:)

Sudah dulu basa-basinya, sekarang kita langsung menuju inti dari posting ini. Tenang aja, nggak usah tegang-tegang. Aku nggak akan menulisnya dalam bahasa baku ataupun bahasa alien kok ;)
Sebagai remaja yang masih bersekolah, aku juga suka main games. Tapi, akhir-akhir ini sudah mulai tergeser dengan Facebook, dan lain-lain, yang masih ku anggap games. Games dalam kehidupan kita memang memiliki peran yang sangat penting. Dengan games, kita bisa melatih otak kita, sekaligus mencari kesenangan. Bahasa kerennya, games itu multipurpose. Nggak percaya? Biasanya, anak yang bermain games itu, pintar dalam hal-hal yang berbau logika. Selain itu, mereka juga cenderung pintar bahasa Inggris, terutama penguasaan vocab-nya. Bahkan game online pun sebenarnya bermanfaat bagi kita. Game online bisa melatih toleransi dan kerja sama antar teman, bahkan teman yang belum pernah kita temui sebelumnya. Dengan games, kecerdasan linguistik, motorik, dan logika kita juga berkembang! Jadi jangan pernah takut bermain games :)

Namun, tanpa kita sadari, games bisa mencerdaskan sekaligus membodohkan otak kita (lho?) Aku nggak sedang bercanda, itu memang kenyataan. Seperti kata pepatah, segala hal pasti ada sisi positif dan sisi negatif-nya. Games juga memiliki sisi jahat yang terkadang tidak kita sadari. Karena 'kemampuan' games yang menawarkan kesenangan sekaligus kecerdasan, kita jadi lupa bahwa segala sesuatu yang berlebihan berdampak buruk. Seseorang yang sudah bergantung penuh pada games bisa melupakan fakta bahwa games ternyata multitalent! Games menawarkan kesenangan, menambah kecerdasan, dan juga membuat kecanduan, seperti NARKOBA! :o #nggak usah sok kaget.
Kalau kamu main games setiap hari, nggak usah disangkal lagi, kamu pasti kecanduan. Efeknya bisa seperti pecandu Narkoba, antara lain : "sakaw". Sehari aja nggak main games, rasanya hari itu suram banget, segalanya menyiksa, dan kerjaannya galau melulu. Kok bisa? Hal ini disebabkan karena games bisa membuat kita melupakan dunia nyata. Kita sudah terlanjur merasa bahwa dengan games, kita bisa melupakan segala kejadian buruk yang terjadi itu. Jadi, games mulanya merupakan 'pelarian'. Tapi, lama kelamaan, kalian merasa bahwa tiap hari selalu hal buruk yang terjadi, sehingga kalian bermain games setiap hari. Hal itu tidak boleh terjadi. Kalian boleh saja main games setiap hari, tapi hanya sekedar untuk have fun, bukan untuk 'pelarian'.

Bermain games yang baik, seharusnya antara 1-2 jam per hari. Atau lebih baik lagi kalau hanya bermain sekali seminggu. Dijamin, dengan jadwal bermain games seperti itu, kalian tidak akan masuk dalam jerat si licik 'games' :D Sekian saja posting saya kali ini, sebelum saya semakin melantur. Terima kasih karena sudah dengan sabar membaca posting yang berisi 40% fakta dan 60% cuap-cuap. Aku sangat menghargai kalian, terima kasih banyak! Thank you! Arigatou! Merci! :')
Maaf juga, kalau aku masih belum menepati janji untuk menulis lanjutan posting yang sebelumnya. Harap maklum, masih musim ujian. Btw, di bawah ini ada satu gambar yang sangat menarik tentang games, jangan sampai kalian berubah seperti itu! Waspadalah!


Thursday 15 March 2012

Secangkir Kopi

Uap mengepul dari sebuah cangkir di atas meja. Kunikmati pemandangan yang tak lagi asing itu dengan seksama, seperti seorang anak kecil yang baru belajar hal baru. Kuperhatikan uap yang tercipta, membumbung ke langit-langit, kemudian hilang. Namun segera tercipta uap lainnya, yang seakan-akan menyusul temannya. Tak kusangka bahwa benda mati pun memiliki perasaan! Atau hanya aku yang terlalu berimajinasi? Kurasa itu tidak penting. Setelah buyar imajinasiku, aku pun mengangkat cangkir itu dan menyesap cairan yang mengandung kafein tersebut dengan nikmat dan perlahan. Sesekali aku meniup permukaannya, memaksanya untuk tidak menyakiti mulutku dengan rasa panas. Kunikmati tiap teguk yang mengalir di kerongkonganku dengan mata terpejam. Berusaha meresapi tiap rasa yang ada. Manis, sedikit pahit, dengan temperatur yang pas. Aku tersenyum simpul. Kuletakkan secangkir kopi yang masih tersisa setengahnya di atas meja. Perlahan, hingga tak menimbulkan suara. Aku tak mau suara selemah apapun mengganggu.

Pikiranku langsung tertuju pada orang itu. Entahlah. Namun, kopi pagi ini seakan mengingatkanku akan kisahku dan dia dahulu. Mengembalikan ingatanku pada cinta yang begitu aneh. Ya, benar-benar aneh. Kisah cinta kita aneh, seperti kopi ini, namun tetap memberi kesan tersendiri. Kisah cinta kita manis, dihiasi dengan sedikit rasa pahit, menjadi sangat menarik. Cinta kita hangat, tidak terlalu panas atau dingin, dan saling memerlukan. Itulah yang digambarkan oleh kopi pagi ini. Kisah cinta yang menarik dan saling membutuhkan.

Kuambil lagi cangkir kopi itu, tapi kurasakan cangkirnya tak lagi hangat. Benar saja, kopi yang tersisa kini telah dingin, memberi rasa manis yang berlebihan dan memuakkan, serta menyisakan ampas yang teramat pahit. Sejalan dengan kisah kita. Yang baru setengah jalan, namun tak lagi nikmat. Semuanya menjadi terlalu berlebihan dan membosankan. Dan pada akhirnya, hanya menyisakan luka membekas.

Itulah kisah kita. Yang diawali dengan sedikit tergesa-gesa, hingga berakhir dengan tergesa-gesa pula. Cinta memang bisa diibaratkan dengan secangkir kopi. Kopi yang baru diseduh akan menyakiti lidah jika diminum. Seperti cinta yang terlalu menggebu-gebu hanya akan membawa rasa sakit. Demikian pula dengan cinta yang selalu menunggu, pada akhirnya hanya akan menjadi dingin dan memuakkan.