Saturday 21 December 2013

Aku Bahagia

Bahagia itu sederhana
Bukan harta berlimpah
Juga bukan kekuasaan tertinggi

Bahagia itu sederhana
Tidak butuh berbohong
Apalagi menggunakan cara licik

Bahagia itu sederhana
Tak perlu dicari
Tapi harus bisa menemukan

Bahagia itu sederhana
Cukup secangkir kopi dan sebuah novel roman
Aku sudah bahagia

Bukankah sudah kukatakan?
Bahagia itu sederhana

Wednesday 18 December 2013

Dalam Diam

Diam adalah saat kamu berada dalam hening
Saat akhirnya yang ada hanya kamu dan pikiranmu

Diam adalah ketika kamu memunculkan kembali memori-memori yang telah lama terpendam
Menertawakan kebodohanmu dulu
Dan bahkan merutuki keputusan yang akhirnya kau sesali

Diam adalah saat kamu benar-benar berpikir
Diam adalah saat kamu sungguh-sungguh bekerja

Diam adalah saat kamu menemukan dirimu sendiri

Wednesday 4 December 2013

Hello December!



Maybe it's a little bit too late, but better late than never, right?

Gak kerasa, tiba-tiba udah Desember lagi. Rasanya baru bulan lalu aku naik kelas, eh sekarang udah mau semester 2. Waktu emang gak pernah mau nunggu.
Anyway, bukan itu yang mau aku bahas. Di posting ini aku mau tanya, apa makna bulan Desember bagi kalian? Bagi sebagian orang, bulan Desember adalah bulan yang paling membahagiakan. Bulan liburan. Atau bagi orang religius, bulan Desember adalah bulan kelahiran Tuhan Yesus, bulan yang suci. Bagi orang-orang optimis, bulan Desember merupakan akhir dari sebuah tahun. Sebuah titik (bulan) di mana kita memikirkan apa yang harus kita perbaiki di tahun yang akan datang. Sebuah kesempatan baru. Dan yang gak kalah penting, bagi para pelajar, bulan Desember adalah... BULAN UJIAN. Yak.

Memang kalo di film-film Natal, kesannya bulan Desember itu ceria banget. Tapi kalian tidak paham perasaan pelajar Indonesia dan pelajar-pelajar lain yang menghadapi ujian akhir! Di saat orang lain dengan bersemangat menyiapkan parsel atau hiasan Natal, para pelajar bergumul dengan setumpuk buku dan berlembar-lembar latihan soal. Ketika kebanyakan orang memikirkan kegiatan yang akan dilakukan saat Natal, kami para pelajar memikirkan sulitnya soal ujian besok. Waktu orang-orang menghitung berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk perayaan Natal, golongan pelajar menghitung berapa jam waktu tidur yang bisa didapat. Miris sekali bukan?

Cukup berkeluh kesah. Sekarang waktunya berpikir positif! Memang sih, kita para pelajar, cenderung menderita pada awal sampai pertengahan Desember. Entah karena otak yang overload kebanyakan belajar, atau deg-degan mikirin nilai rapor. Tapi, itu semua ada hikmahnya. Lihat liburan selama kurang lebih dua minggu yang telah menanti di depan mata! Menyenangkan bukan?

Buat para pelajar yang sedang menghadapi ujian, aku ucapkan selamat begadang! Semoga dapat nilai sesuai harapan. Jangan lupa pikirkan liburan yang telah menanti! God bless you :D

Saturday 23 November 2013

Roket Air

Seperti yang kalian tahu, atau mungkin tidak tahu tapi akan tahu, aku adalah seorang siswa SMA kelas 11 IPA (sama sekali nggak bermaksud pamer). Sebagai anak IPA, tentunya aku harus belajar Fisika. Beberapa saat yang lalu aku mendapat tugas untuk membuat roket air. Cara membuatnya sih nggak terlalu sulit, tapi bukan itu yang mau aku bicarain di sini. Tanpa kalian sadari, sebenarnya di balik peluncuran sebuah roket air sederhana, terdapat pelajaran hidup yang sangat berharga! Kaget? Nggak usah alay. Jadi jangan sekali-sekali meremehkan anak IPA. Anak IPA itu kerjaannya nggak cuma ngitung pake rumus atau ngafalin bahasa-bahasa latin dan unsur-unsur yang seabrek, tapi anak IPA juga bisa jadi filosof yang baik kalau mereka bisa menangkap arti sesungguhnya dari tiap perjuangan yang telah dilalui.

Oke, jadi apa hubungannya roket air sama nilai-nilai kehidupan? Sedikit penjelasan, roket air sederhana bisa dibuat hanya dengan botol plastik dan pipa paralon. Untuk meluncurkan roket air, udara dipompa masuk ke dalam botol sehingga tekanan dalam botol bertambah. Setelah tekanan dirasa cukup, pengunci roket air dilepaskan dan sang roket pun akan terbang membumbung tinggi ke angkasa raya. Hebat kan? Lalu apa hubungannya dengan hidup?

Sekarang coba ibaratkan manusia sebagai roket air. Setiap hari kita mendapat berbagai masalah dan cobaan dari berbagai pihak. Bahkan terkadang kita merasa bahwa hidup kita hanya berisi masalah saja. Kita tertekan secara mental maupun fisik, tapi kita tidak bisa menyerah karena perjalanan kita masih panjang. Seperti roket air, semakin banyak tekanan yang diberikan, semakin tinggi juga ia meluncur. Begitu juga dengan manusia, semakin sering seseorang menghadapi masalah, ia akan menjadi semakin dewasa dan sukses. Jika baru diberi sedikit tekanan saja kita sudah menyerah, maka kita tidak bisa terbang tinggi. Tapi jangan lupa juga, botol plastik pun bisa hancur. Bila roket air diberi tekanan terlalu besar, roket akan pecah. Dalam hal ini, kita harus tahu batasan kemampuan kita. Kita tidak boleh memaksakan kemampuan kita. Ketika kita merasa depresi, bahkan kesehatan kita juga menurun, itulah saatnya mengambil istirahat. Menjauh dari masalah untuk sementara dan menenangkan pikiran. Jika kita terus memforsir tubuh kita, suatu saat kita bisa 'pecah' juga. Mulai dari kesehatan memburuk, sampai pekerjaan tidak selesai-selesai.

Jadi, mana yang kamu pilih? Menderita untuk sementara karena tekanan tapi sukses, mendapat sedikit tekanan dan sedikit sukses, atau malah tidak mau diberi tekanan sama sekali?

Thursday 21 November 2013

Who is The Best?

Semua orang pasti pingin jadi yang terbaik. Entah itu terkaya, terpintar, tercantik/terganteng, terlucu, dll, dsb. Tapi seringkali itu semua hanya mimpi belaka. Kalau orang yang pantang menyerah, pasti mereka bakal terus berusaha biar hal-hal itu nggak hanya mimpi. Sedangkan yang lain mungkin memilih untuk menyerah, cukup puas dengan hanya menjadi biasa-biasa saja. Keinginan seseorang untuk menjadi yang ter-... (isi titik-titik sesuai keinginanmu) itu bukan tidak mungkin, tapi mustahil (apa bedanya). Kok gitu?

Memang 'nothing is impossible', tapi untuk hal yang satu ini memang mustahil. Why? Karena di atas langit masih ada langit (nggak usah dipikir pake logika). Artinya, meskipun kita merasa kita udah jadi yang terbaik, kenyataannya masih ada yang lebih baik dari kita. Gimana dengan orang terkaya sedunia? Kan masih sedunia, belum sejagad raya (becanda). Orang terkaya sedunia pun nggak akan selamanya kaya. Dalam kurun waktu beberapa tahun atau bahkan beberapa menit, peringkat itu bisa ganti. Nggak akan ada orang yang terus-terusan jadi orang terkaya di dunia. Sama dengan orang-orang yang namanya tercantum di Guinness Book of World Record. Nama-nama di buku itu akan terus berganti seiring dengan berjalannya waktu. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus jadi target kita?

Jangan pernah memiliki target untuk jadi yang terbaik, apalagi jadi yang terbaik bagi diri kita sendiri. IT'S A BIG NO! Kalau kamu memiliki target untuk jadi yang terbaik bagi diri sendiri, kamu akan cenderung membatasi diri kamu sendiri. Capek sedikit, kamu bakal bilang, 'nggak apa-apa deh, kan aku udah melakukan yang terbaik buat diriku'. Nah. Justru dengan target seperti itu kamu malah nggak akan maju-maju. Sedangkan kalau kamu punya target untuk jadi yang terbaik sedunia, kemungkinan besar kamu bakal jadi gila. Berhubung terus ada orang yang lebih baik dari kita, kita bakal terus berusaha dan bahkan menggunakan cara apapun untuk ngalahin orang itu. Jadi, secara tidak langsung hidup kita bakal suram dan bikin kena stroke. Bayangin, tiap hari kerjaannya mikirin strategi buat ngalahin pesaing. Belum lagi kalau gagal atau ada yang berkhianat, terus muncul seseorang yang ngaku-ngaku sebagai anak di luar nikah (semacam sinetron). Dijamin penderita anemia pun bisa kena darah tinggi.

Mulai sekarang, bikin target untuk jadi 'lebih baik'. Kamu harus bisa lebih baik dari sekarang. Berhubung manusia nggak pernah puas, kalau kamu memang manusia, kamu nggak boleh puas. Jadi, kalau kamu udah dapet nilai 100 di ulangan sejarah, jangan puas sebelum kamu bisa dapet 200.
Kamu memang gak bisa jadi yang terbaik, tapi kamu selalu bisa jadi lebih baik. Tunggu apa lagi? Be Better!


Tuesday 29 October 2013

Guilty

Apa kalian tahu arti 'guilty' dalam bahasa Indonesia? Masa nggak tahu? Buka kamus atau google translate deh.. Tapi, berhubung aku lagi baik hati, akan aku kasih tahu artinya. Guilty dalam bahasa Indonesia berarti 'bersalah'. Kurang baik apa aku ;) Oke, cukup ngelanturnya. Selain untuk menambah kosakata bahasa Inggris kalian, di posting ini aku juga (lagi-lagi) ingin curhat. Kalau kalian malas membaca curhatku, ya nggak apa-apa sih. Hitung-hitung hemat kuota internet (eh). Tapi tolong lah, dibaca aja, lumayan buat mengisi waktu yang diluang-luangkan.

Back to the topic, jadi sekarang aku lagi merasa bersalah. Bukan karena aku baru saja mencontek waktu ulangan atau membicarakan orang lain, tapi karena teman-temanku. Lho? Memang, aku merasa bersalah banget sama beberapa temanku, terutama teman-teman baik ku di SMP. Seperti di posting ku yang "In A Mess" , aku akhir-akhir ini males banget bersosialisasi. Bahkan untuk sekedar balas sms temen-temenku pun aku males kalau nggak penting-penting banget. Walaupun sebenernya sms sesingkat apapun seperti "lagi ngapain?" atau "aku kangen banget sama kamu" itu termasuk penting kalau yang mengirim adalah sahabatku, tapi aku jarang atau lebih tepatnya nggak pernah bales. Bukan berarti aku melupakan mereka, ini memang aku aja yang aneh. Aku akui itu. Mungkin kalian juga setuju, orang macam apa yang nggak membalas sms sahabatnya yang beda sekolah dan jarang banget ketemu? Kalau alasannya sibuk atau banyak ulangan sih nggak apa-apa, tapi ini alasannya nggak jelas. Aku memang aneh.

To the point aja, rasa bersalahku ini tertuju pada seorang YULI. Lagi-lagi Yuli. Sepenting apa sih anak yang bernama Yuli ini? Penting banget, bagiku. Tapi, berhubung aku ini aneh, si Yuli jadi sakit hati karena merasa telah dilupakan. Aku nggak nyangka kalau dia bakal se-ekstrim itu. Aku udah pernah cerita ke dia kalau keadaanku sekarang lagi kurang baik, tapi ternyata keadaanku-yang-lagi-kurang-baik itu malah bikin dia mikir yang nggak bener. Aku mengaku bahwa aku sangat bersalah. Aku sungguh-sungguh bersalah kepada Yuliana Kristanti, penggemar Lee Donghae yang setia dan sahabatku yang tercinta. Kamu harus tahu, Yul, aku nggak pernah dan nggak mungkin melupakanmu. Jadi, please, jangan jadi impulsif.

Buat Yuli, maaf kalau sebagai sahabat aku kerjaannya cuma bikin kamu sakit hati. Mungkin aku emang bukan sahabat yang terbaik bagi kamu, tapi kamu tetap sahabat yang terbaik buat aku :) Memang sekarang semuanya tidak berjalan seperti yang aku pikirkan dulu, kita susah banget buat ketemuan, bahkan sms-an aja susah. Tapi yang penting, kamu nggak akan mungkin terlupakan atau tergantikan. We're ELFish forever, right?

Thursday 24 October 2013

K-Pop Playlist

Who doesn't love K-Pop? Maybe some of you, but I bet most of the girls like it, especially because of the handsome and cute boys band member ;;) In this post, I want to share my favourite K-Pop songs, mostly the mellow and slow songs though. Hope you'll love it! <3

1. Promise - Urban Zakapa

2. Trap - Henry

3. If - Tae Yeon

4. Growl - EXO

5. I Got A Boy - SNSD

6. From U - Super Junior

7. Electric Shock - f(x)

8.  After A Long Time Has Passed - Baek Ji Young

9. Polaris - Kangta

10. μ‚¬λž‘ λ„μΉ˜ - Choi Jin Hyuk

Life

Life is kind of like a party.
You invite a lot of people,
some leave early,
some stay all night,

some laugh with you,
some laugh at you,
and some show up really late.

But in the end,
after the fun,
there are few who stay to help you clean up the mess.

And most of the time,
they aren't even the ones who made the mess.
These people are your true friends in life.
They are the only ones who matter.

No matter how many mistakes you make
or how slow you progress,
you are still way ahead of everyone who isn't trying.

We are all weird.
And life is weird.
And when we find someone whose weirdness is compatible with ours,
we call it LOVE.

Tuesday 22 October 2013

So True

"A boy and a girl can be just friends.
But at one point or another, they will fall for each other.
Maybe temporarily,
maybe at the wrong time,
maybe too late,
or maybe forever."
- 500 Days of Summer

Western Playlist

Hi guys! This is the second post from the label Playlist. In this post, I want to share my favourite western songs. I think all of the songs here are familiar for you since most of them are the new release. But they all have these common things, easy-listening, deep meaning, and beautiful harmony. So, check this out!

1. Daylight - Maroon 5


3. It's Time - Imagine Dragons

4. I Knew You Were Trouble - Taylor Swift

5. Everybody Wants To Rule The World - Tears For Fears

6. The Spirit Carries On - Dream Theater

7. This Love - Maroon 5

8. Enchanted - Taylor Swift

9. We Are Young - Fun ft. Janelle MonΓ‘e

10. When I Was Your Man - Bruno Mars

Playlist

Hi readers! Recently, I've been thinking of this blog's future. I realised that updating this blog frequently will attract more viewers. That's why I try hard not to abandon this blog again. So, to attract even more viewers, I came up with a new topic. These times, I always post my confusing stories and thoughts. In Bahasa Indonesia. Though at the first time I created this blog, I promised to make a bilingual blog. In order to fulfil my promise, I made this topic. THE PLAYLIST!

In this new topic, I'll share my playlists in many different themes. And all of these posts will be written in ENGLISH! Yay!

Why should I create this kind of post? Because I realise, people can't be separated with music. Everyday, people hear music through TV, cellphone, mp3 player, and many more. Music has been one of the most important things in our life as it can also connect all the people in this world. I hope through this post, we can share our preferences in music and know each other better! Please enjoy this post!

Monday 21 October 2013

Masih

Cinta itu menyusahkan.
Cinta itu membawa kelemahan.
Cinta akan berakhir pada sakit hati.

Prinsip-prinsip itulah yang membawaku pada kesimpulan ini.
Aku harus melupakanmu.

Menghapus cinta yang tak jelas ujungnya ini, membuang perasaan sepihak ini.
Memang akan susah, tapi aku akan berusaha.

Lama aku bergumul dengan hati kecilku.
Berusaha menepis bisikan-bisikan menjerumuskan, berkecamuk dengan pikiran dan perasaan yang tak sejalan.

Dan saat itu pun tiba.
Saat di mana aku mendeklarasikan pada dunia kecilku,
aku telah melupakannya.

Hari-hariku berjalan mulus tanpa beban.
Tak ada lagi waktu untuk memikirkan senyum manismu.
Tak ada lagi kesempatan bagi sosokmu untuk terbesit di pikiranku.

Kemudian,
kamu pun datang kembali.
Dengan segala keramahan dan kebaikan hatimu.
Bersama kekonyolan dan kecerobohanmu yang membuatku tertawa.
Aku kira aku pasti bisa menanggapinya layaknya seorang teman.
Ingat,
Aku sudah melupakannya.

Atau setidaknya itulah yang selalu kupercaya.

Ternyata aku gagal.
Aku tidak pernah berhenti mencintainya.
Berhenti memikirkan dia, bukan berarti aku sudah benar-benar melupakannya.
Hanya keangkuhan dan sifat keras kepalaku yang menolak dia.
Walaupun sesungguhnya hatiku meronta,
tak ingin dipaksa untuk berhenti mencinta.

Dan ketika pemicu itu muncul kembali,
robohlah semua benteng pertahanan itu.

Terkadang,
kudapati diriku terkadang masih memandangnya,
masih mengaguminya,
masih memikirkannya,
masih mengharapkannya,
.
.
.
masih mencintainya.

Tuesday 15 October 2013

Be Grateful

Jujur, pada awalnya aku nulis posting ini karena gak ada kerjaan (lebih tepatnya banyak kerjaan tapi males). Posting ini murni untuk curcol semata, tapi entah kenapa otakku yang brilian ini memunculkan judul "Be Grateful". Bukan asal judul, memang inilah inti dari posting yang awalnya adalah curhatan seorang remaja SMA galau.

Ceritanya, akhir-akhir ini aku sering capek. Secara mental dan fisik. Semua ini karena satu hal. Lomba PBB. Yak. Lomba paling (gak) penting sedunia. Lomba PBB ato bahasa kerennya defile ini diadain di sekolahku buat memperingati hari raya apa gitu, pokoknya tiap taun selalu ada. Berhubung aku adalah murid baru di lingkungan sekolah ini, aku kaget. Tidak percaya. Tidak siap. Males. Karena yang namanya baris berbaris gak mungkin cuma 5 orang, berarti 1 kelas ikut. Benar sekali. Awalnya, kelasku keliatan nggak niat banget. Latian waktu jam olahraga, banyak yang gak niat. Disuruh jalan di tempat, kakinya gak 90 derajat, disuruh maju jalan, malah jalan santai. Ribet deh. Bikin emosi. Tapi entah kenapa, H-7 defile, si pemimpin menjadi bersemangat! Dia kemudian ngusulin buat 'mengeliminasi' anak yang memperlampat kemajuan alias anak yang gak niat. Jadinya, sekelas yang isinya 42, yang ikut defile cuma 32 aja. Sempet galau juga dengan keputusan ini. Ada yang bilang boleh sekelas ikut beberapa, ada yang bilang harus ikut semua, ada yang bilang harus ada surat keterangan sakit, dll, dsb. Ditambah lagi wali kelasku tercinta lagi sakit sehingga gak bisa mendampingi kita latian. Sampe kemarin, berhubung pas latian sekelas jadinya ancur, ada satu anak telpon wali kelas. Lucky! Wali kelasku ngijinin yang ikut cuma 32 (love you mam :*). Bau kemenangan pun tercium kembali (haha).

Lalu apa hubungannya dengan "Be Grateful"? Sekilas cerita tadi memang gak ada hubungannya sama sekali dengan judul posting. Tapi kalian semua SALAH! Tidakkah kalian memikirkan perasaan 10 anak yang tidak terpilih ikut defile itu? Memang ada yang dengan senang hati gak mau ikut, tapi ada juga yang niat ikut, tapi sayangnya gak kepilih. Mau gimana lagi. High school is rude. Kalo kamu gak akrab sama anak populer, jangan harap dipilih. Bukannya aku memihak, tapi emang itulah kenyataan. Untuk bisa survive di SMA, harus bisa dikenal sama anak populer. Paling nggak dikenal sama anak populer di kelas. Kalo kamu nggak rame, nggak alay, susah untuk dikenal. Kecuali kamu sangat cantik. Hidup memang kejam. Itu juga yang dialami oleh beberapa temenku. Sebelumnya, aku sama sekali nggak menyadari hal ini. Aku biasa-biasa aja karena kepilih ikut, tapi sisanya? Ternyata beberapa dari mereka juga sakit hati. Tiba-tiba aku jadi merasa sangat bersyukur karena terpilih. Aku nggak bisa membayangkan rasanya tidak dipilih seperti itu. Bukan berarti aku tidak pernah mengalami. Aku pernah. Dan itu cukup membuatku sakit hati sampe2 aku nangis di depan mama. Air mata pertama saat SMA (cie). Tidak dibutuhkan memang perasaan yang berusaha kita hindari. Semua orang ingin merasa dibutuhkan. Lalu aku sampai pada kesimpulan, 'be grateful' memang sesuatu yang harus kita lakukan. Terkadang kita merasa bahwa kita adalah orang paling sengsara, paling menyedihkan di dunia, tapi kenyataannya, ada yang sama atau bahkan lebih menderita dari kita. Tidak usah jauh-jauh sampai memikirkan rakyat Afrika, cukup lihat sekelilingmu. Bahkan sangat mungkin bahwa orang yang dekat denganmu memiliki perasaan kesepian dan tidak diinginkan. Jadi, buat semua murid-murid SMA di luar sana, berbahagialah kalau kamu termasuk dalam kategori 'orang yang dipilih'. Bagi yang tidak, berjuanglah! Jangan menunggu orang lain mendekatimu, perubahan harus dimulai dari dirimu. TETAP BERSEMANGAT!

NB : posting ini ditulis pada bulan Februari kemarin. Tapi karena banyak hal, baru bisa di-publish sekarang. Maaf ya :(

Today's Quote

"Nothing in life is promised except DEATH" - Kanye West


Monday 14 October 2013

In A Mess

Pernah nggak kalian ngerasa bahwa hidup kalian lagi kacau banget? Nilai di sekolah jelek, tengkar sama pacar ato temen, dimarahi orang tua, dll yang bikin kalian pingin marah sambil nangis (nah). Situasi di mana kamu serasa tidak bisa mengendalikan hidupmu. Kalo kalian pernah ngerasain itu, kita senasib bung :') Kalian pasti tahu kekacauan dalam hidup kalian yang damai akan mengakibatkan perasaan sedih, pingin marah, pingin nangis, pokoknya emosional dan melankolis banget deh. Itu semua adalah hal yang sangat dihindari oleh semua orang, tapi sayangnya sulit dihindari.

Aku juga nggak ngerti gimana awalnya aku bisa ngerasa kacau banget, but this is life. Izinkan aku curhat ya :3 Akhir-akhir ini, entah sudah berapa lama, tapi aku ngerasa bahwa hidupku agak nggak terkendali. Nilai-nilaiku terombang-ambing, kehidupan sosialku buram, keadaan batinku juga rapuh. Bukannya aku nggak berusaha, tapi ada aja yang menghalangi aku untuk memperbaiki itu semua. Nilaiku yang turun misalnya, aku udah belajar sekuat tenaga, tetep aja hasilnya nggak bisa terlalu memuaskan. FYI, aku nggak suka dikalahin. No problem sih kalo orang yang ngalahin aku emang layak menurut seleksi yang aku bikin, tapi kalo yang bisa ngalahin aku adalah orang yang nggak masuk hitungan, pasti aku bakal sakit hati banget. Dalam hal ini adalah anak di kelasku. Waktu menerima laporan bulanan (rapor sisipan) kemarin, meskipun nilaiku gak bagus-bagus amat, tapi aku bisa ranking 1 di kelasku dan bagiku, itu harus dipertahankan. Anak yang bikin aku kesel dan sirik ini, dapet ranking 2 waktu itu padahal nilainya juga bagus. Tapi, bulan ini entah hanya perasaanku ato emang beneran, nilai-nilai dia menurutku jauh lebih bagus daripada aku. Tentu aku gak terima. Aku juga nggak yakin dengan alasannya, tapi dia emang gak masuk hitungan sebagai saingan beratku. Mungkin mulai saat ini aku harus memasukkannya dalam daftar itu. Begitulah, sebelumnya aku nggak pernah merasa se-terancam ini sama nilaiku di sekolah, makanya aku agak kalap. Khawatir dan takut dikalahkan.

Kehidupan sosialku juga sama, abu-abu. Emang dari dulu aku bukan termasuk anak populer ato anak ramah dan cerewet yang dicintai banyak orang. But, at least, I have those best friends whom I can talk to everyday. Dulu, bisa dibilang setiap hari aku sms-an sama sahabatku. Entah curhat ato cuma sekedar membahas masalah-masalah abstrak. Sekarang? Boro-boro sms, megang handphone aja jarang. Bukan berarti aku gak punya waktu, tapi aku males. Somehow, aku males banget sms-an, twitter-an, whatsapp-an, teleponan, line-an, dan apapun-an. Intinya, aku males bersosialisasi. Bukan berarti aku pingin jadi anak kuper, aku cuma males banget sok perhatian dan sok pingin curhat padahal kenyataannya aku nggak pingin cerita. Dari luar kelihatannya aku menjauh dari temen-temenku, tapi aku cuma capek dan malas. Aku punya banyak masalah, tapi aku nggak mau cerita atau mungkin nggak tahu harus cerita ato nggak. Sekilas emang aku sepertinya complicated banget. This is me. Aku cenderung menyimpan masalahku sendiri karena aku berpikir nggak ada orang lain yang bisa menyelesaikan masalahku. Aku berprinsip mandiri. Aku harus bisa menyelesaikan semuanya sendiri walaupun kenyataannya aku nggak kuat. Tapi aku terlalu keras kepala untuk mau berubah. Aku tetap menyimpan semuanya sendiri, bergumul sendiri, tanpa menyadari bahwa aku punya orang-orang yang siap untuk membantuku. Buat semua temenku, maaf kalo aku jadi nyebelin. Maaf kalo aku jarang bahkan gak pernah sms. Maaf banget.

Keadaan batinku yang lagi rapuh ini disponsori oleh keenggananku menceritakan masalah-masalahku sama orang lain. Seperti yang udah aku omongin di atas, aku emang tertutup. Aku tetep nggak mau orang lain tahu masalahku meskipun rasanya tiap hari aku pingin nangis. Di SMA ini, menurutku banyak banget orang munafik. Aku nggak bisa melihat hubungan yang tulus. Mungkin aku yang impulsif, tapi aku ngerasa kalo mereka berteman karena suatu hal duniawi, entah materi atau popularitas. Intinya, kalau kamu nggak bisa menyamakan diri dengan mereka, kamu bakal dikucilkan. Sebenarnya aku males kalau harus pura-pura ramah dan baik di depan temen-temenku, tapi kalau nggak gitu mungkin masa-masa SMA-ku bakal jadi sangat suram. Memang sih, nggak semuanya seperti itu, tapi tetap orang-orang mayoritas lebih berkuasa, that's why I'm always in a pressure. Seringkali aku ingin menghilang dari dunia ini (bukan berarti aku pingin mati). Aku cuma ingin hidup di dunia di mana aku nggak harus pura-pura baik, pura-pura ramah sama orang supaya bisa dilihat. Aku ingin bisa dianggap normal walaupun nggak pernah mau ngajak ngomong orang lain. Kadang-kadang aku miris kalo inget sama temen-temen baik ku waktu SMP. Mereka berusaha menghubungi aku, tapi aku nggak pernah nanggepin. Aku nggak mau mereka tahu kalo keadaanku sekarang lagi kacau.

As conclusion, I can say that my life is COMPLETELY IN A MESS. Aku nggak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk keluar dari kondisi ini, but I hope it's not for a long time. Aku harus bangkit dan bersiap-siap untuk masa depanku. Wish me lots of luck! Semoga aku bisa jadi lebih kuat dan melewati semuanya ini secepat mungkin. AMEN.

Feeling of The Month

"Maybe I have been acting like I am strong a little too often, a little too much."

Friday 9 August 2013

Everybody's Special

Semua orang itu punya kelebihan masing-masing, punya keunikan tersendiri yang bikin kita berbeda dari orang lain. Kalian pasti udah tau bahkan anak kembar identik pun sebenernya nggak bener-bener identik. Susunan DNA-nya aja beda atau gampangnya, sifatnya pasti beda. Mungkin yang satu kalem, sedangkan yang satunya brutal. Kalau anak kembar aja beda, apalagi yang gak kembar? Tapi, dunia ini aneh atau lebih tepatnya orang yang tinggal di dunia ini aneh. Mereka suka seenaknya sendiri mengembar-kembarkan seseorang. Nah. Maksudnya apa? Ini bukan kayak sinetron putri yang ditukar atau anakku bukan anakku, bukan. Ini hanya fakta yang cukup sering terjadi di sekitar kita tanpa kamu sadari.

Kalian pernah nggak, dibilang mirip sama seseorang? Dibilang kamu adiknya lah, kakaknya, sepupunya, mamanya, anaknya, dll, dsb. Pernah? Kalau nggak pernah bersyukurlah! Kalau pernah, kita senasib kawan :') Nggak ada orang di dunia ini yang mau dikembar-kembarin! Atau gampangnya, gak ada satu orang pun yang mau diduain. Pasti bener. Mulai dari yang sederhana, kalau kamu (terutama cewek) beli tas atau baju atau sepatu yang menurut kamu bagus banget terus waktu kamu pakai ke sekolah atau jalan-jalan tiba-tiba ada orang yang pake barang yang sama persis kayak kamu. Gimana perasaanmu? Mungkin kalau cuma waktu jalan-jalan sih oke ya, soalnya kemungkinan bisa ketemu lagi kan kecil, tapi kalau kejadiannya di sekolah ceritanya lain. Pasti dalam hati kalian berpikir "Sialan anak itu, kayak gak ada barang lain yang lebih bagus aja." Padahal belum tentu kamu beli duluan. Biasanya kalau anak-anak orang kaya, nemu "kembaran" kayak gini, mereka gak bakal mau pake barang itu lagi. "Males pake barang pasaran," katanya.

Itu tadi baru contoh pake barang. Gimana kalo sekarang mukamu yang dikembar-kembarin? Apa gak emosi? Misalnya gini, kamu lagi jalan bareng temen-temenmu ke kantin, tiba-tiba salah satu temenmu-yang-cuma-kenal-tapi-gak-deket ngomong dengan wajah excited, "Eh, kalo diliat-liat, kamu mirip ya sama si Z!" Dan kamu cuma bisa senyum-senyum canggung. Dalam hati, "MAKSUD LO??" Itu contoh kalo kamu dimirip-miripin sama temen sebaya. Kalo temenmu-yang-cuma-kenal-tapi-gak-deket ngomong (masih dengan wajah riang gembira), "Eh, ternyata kamu mirip banget ya sama guru Fisika! Jangan-jangan kamu anaknya ya? Wah, jangan-jangan kamu ketuker waktu di rumah sakit. Hahaha." Dan lagi-lagi kamu cuma bisa senyum terpaksa. Dalam hati, "WAT DE FAK?? LO KIRA INI SINETRON??"
Nggak ada orang yang suka dikembar-kembarin mukanya karena nggak ada orang yang suka dibilang mukanya muka pasaran. Yang pasti, nggak ada orang yang suka mukanya dikembar-kembarin sama guru, apalagi guru fisika! Pasti temen-temen-yang-gak-mikirin-perasaan-orang-lain itu bakal nyalahin murid-yang-mukanya-mirip-guru itu kalo misalnya si guru yang bersangkutan marah di kelas, ngasih soal ulangan yang menakjubkan, ato ngasih tugas gak kira-kira. Bayangin, anak yang orang tua kandungnya guru aja gak suka kalo diperlakukan kayak gitu, apalagi anak yang "dipaksa" punya orang tua guru!

Jadi, buat kalian para pelaku 'pengembaran' orang ini, BERTOBATLAH! Sebelum kalian melakukan hal ini, coba pikir perasaan korbanmu. Mungkin mereka emang cuma senyum-senyum, tapi apa mereka beneran senyum? Gimana kalo sebenernya mereka marah banget tapi gak berani marah ke kalian karena takut dianggap sensitif dan lebay? Aku bisa ngomong gini karena memang aku pernah mengalami. Tapi aku secara pribadi, sama sekali gak punya keinginan buat ngelakuin hal kayak gitu. Kasihan aja. Kalau dimirip-miripin sama artis yang beneran cantik atau ganteng sih mending. Tapi mana ada yang mau ngelakuin itu? Para pelaku kan pinginnya ngelawak, pingin bikin orang lain ketawa, bukan pingin bikin korban seneng. Emang dengan cara kayak gitu banyak yang ketawa, tapi korbannya? Mereka berpikir, "LO KIRA ITU LUCU??"
Pesan terakhir buat para pelaku, gak usah diterusin ato nanti aku doain kalian "dikembarin" sama pacar kalian! MUAHAHAHAHA!

Tuesday 11 June 2013

Grow Up!

Seringkali aku sebel sama remaja-remaja zaman sekarang. Emang aku juga masih remaja, tapi aku remaja yang dewasa (bohong). Yang suka bikin aku sebel sama remaja-remaja masa kini adalah mereka sukanya berlebihan, overacting, lebay, alay, dan sebangsanya. Mereka kalau ngomong (atau lebih tepatnya nge-twit dan pasang status) itu sukanya gak mikir pake otak. Walaupun aku juga remaja yang masih beranjak dewasa, tapi aku merasa bahwa aku lebih realistis. Aku punya jiwa alay dalam diriku, tapi itu semua hanya untuk kesenangan, buat bercanda aja, nggak diterapkan di segala aspek kehidupan. Kalau remaja pada umumnya? ALAY MENDARAH DAGING. Coba liat deh status remaja-remaja di facebook, twitter, tumblr, BBM, line, kakaotalk, path, whatsapp, wechat, dan semua jejaring sosial, pasti kebanyakan status galau dan cinta-cintaan, misal:

"I will love you forever :* 12.12.13" (maksudnya tanggal jadian)
"You may leave me, but you'll never leave my heart" (biasanya habis putus)
"Rese, beraninya cuma di twitter. Ayo sini ketemuan kalo berani!" (biasanya dia pikir orang yang ngerasani dia itu pengecut, padahal dia sendiri juga... *eh)
"Baru liburan seminggu udah tambah gendut aja, gimana nihh :(" (padahal sebenernya dia udah kurus dan cuma naik 0.5 kilo)
...

Banyak banget contoh status galau dan gak penting yang mungkin akan terlalu panjang kalo ditulis semua di postingan ini. Yang mau aku bicarakan di sini adalah terutama yang terakhir. Aku paling sebel, kalo ada cewek yang posting foto di Instagram ato di manapun terus dipuji cantik, eh, mereka malah bilang "apanya cantik? aku keliatan gendut banget lo :(" Bodoh nggak? Udah dipuji orang, malah ngejek diri sendiri. Tanpa mereka sadari, sebenernya itu modus untuk dipuji lagi. Biasanya, orang yang masih punya belas kasihan bakal bilang, "Gak gendut ah, kamu cantik kok ;)". Sampai sekarang sih aku belum menemukan orang yang sangat jujur terus bilang kayak gini, "Hahaha, akhirnya nyadar juga kalo kamu itu gendut =D" ato "Nggak, kamu gak gendut kok. Cuma jelek aja, gak fotogenik." Yeah! Entah gimana perasaan orang yang foto itu. EGP.

Bukan itu aja yang bikin aku sebel. Aku sering banget liat, temenku yang menurutku dan emang kenyataannya kurus, cuma sedikit chubby ato bahkan nggak chubby sama sekali, bilang kalo dia itu gendut terus pingin diet. Dalam hati aku teriak, KAMU UDAH KURUS BEGO! Kalo aku yang ngomong sih terlihat lebih realistis, karena aku emang butuh untuk menurunkan berat badan. Tapi mereka? Udah punya lengan kecil, kaki langsing, muka tirus, MASIH PINGIN KURUS? Go to hell. Aku jadi ngerasa tersindir gitu. Masa mereka yang udah kurus masih pingin kurus, sementara aku yang gemuk dan pingin kurus aja gak kurus-kurus? Mungkin beberapa dari kalian pernah mengalami hal ini, kita senasib teman (tos).

Kedua, yang kadang bikin aku sebel juga adalah status kayak gini "ilysm,idwtlyf" Apa artinya? Aku sendiri juga gak tau. Mending kalo cuma "ily","imy","ty","hbd","Gbu" masih bisa ditebak lah. Tapi kalo kayak gini, "idhtoiwopqirjwofknlaiapofiufe" APA ARTINYAA? Menurutku, kalo kita pasang status ato nge-twit, tujuan kita adalah biar temen-temen kita tau apa perasaan kita, apa yang mau kita sampaikan. Tapi kalo status/twit-nya kayak gitu, sapa yang ngerti? Bahkan Albert Einstein pun gak akan ngerti! Jadi ngapain kamu bikin status/twit tapi gak ada yang ngerti? ST*P*D.

Itu adalah beberapa contoh sikap remaja yang gak logis dan kekanak-kanakan. Kalo kamu termasuk salah satu di antara itu, aku mau bilang, GROW UP! Being a teenager isn't the reason to be a complete retard. Kamu gak boleh melakukan kesalahan dan bilang "Maklum lah, aku kan masih remaja.." Hell to the NO. Kita emang masih remaja, tapi kita gak selamanya remaja. Belajar sedikit lebih dewasa. Kalo gak dimulai dari sekarang, selamanya kamu akan bertingkah laku konyol seperti remaja. Mulai gunakan otakmu sebelum melakukan apapun. Coba sekali-kali diam dan berpikir, apa hal ini pantas dilakukan? Apa reaksi teman-temanku kalo aku melakukan ini? For all the teenagers out there, remember, you have to GROW UP! Be MATURE!

Friday 31 May 2013

Moving On

Para remaja galau pasti sering denger kata" ini. Entah dari temen-temen ato keinginan diri sendiri. Tapi rata-rata semua remaja gaul pasti tau kata-kata 'move on', termasuk aku (iya, aku emang remaja gaul). Pertama kali denger kata 'move on' yang tiba-tiba aja nge-trend, perasaanku adalah "Oh, move on. Ya terus kenapa?" Berhubung aku bukan remaja galau, maka itulah satu-satunya responku. Nggak seru? Don't judge me if you don't know me! (hahaha) Aku beranggapan kalo move on itu adalah proses beranjaknya seseorang dari kisah cinta yang lama menuju kisah cinta baru (ea). Murni kisah cinta. Bagiku waktu itu, move on berarti kita melupakan cinta dan rasa sayang kita terhadap mantan dan bersiap menyambut pujaan hati baru. Dan aku merasa sangat bangga karena aku sama sekali tidak memiliki gen susah move on. Artinya, aku move on dengan sukses dan selamat. Kadang aku suka heran, pegel, dan sebel sekaligus bangga dan pingin ketawa kalo liat temen-temenku yang suka galau karena gagal move on. Menurutku mereka itu payah. Masih remaja kok ngurusi masalah cinta. Masih muda kok ngomongnya cinta-cintaan. Payah. Lemah.
Tapi sudahlah, di posting ini aku nggak bermaksud untuk menggurui remaja galau gagal move on. Aku nggak mau menghina mereka. Aku hanya ingin membahas masalah move on. Maaf ya para pembaca kalo udah terlanjur tersinggung, di-undo dulu deh rasa tersinggungnya ;) Okay, back to the point. Move on itu sebenernya apa? Soalnya pas aku nyari di Google, keluarnya move on adalah proyek untuk mengasah potensi orang dewasa (sumpah gak nyambung). Memang dulu aku berpikir kalo move on itu adalah istilah yang digunakan dalam kehidupan cinta, tapi baru-baru ini aku sadar kalo itu semua salah. Move on nggak harus berhubungan dengan cinta. Namanya aja move on. Bukan love on (?) Then I came up to this decision, move on adalah suatu proses di mana kita bisa menerima keadaan kita yang sekarang dan berhenti mengeluh tentang betapa indahnya masa lalu. Kalo gitu aku gagal move on dong :(
Kalo move on dalam arti percintaan, nggak usah ditanya, aku bisa move on dengan mudah. Mau tau tips-nya? Tunggu posting lainnya ya ;;) Tapi kalo move on secara umum, kayaknya aku masih belum bisa. Masalahnya, sampai sekarang pun, kadang-kadang aku masih sangat merindukan kehidupan SMP-ku. Meskipun sekarang aku udah merasa bahwa keputusanku milih untuk sekolah di SMA-ku yang sekarang itu sangat tepat. Meskipun aku ketemu banyak banget temen baru yang gak kalah seru bahkan lebih seru daripada temen SMP. Meskipun aku lebih bisa beradaptasi dan lebih rame. Aku tetep sangat merindukan kehidupan SMP. Kadang aku tetep ngerasa, I don't belong here. Aku masih ngerasa asing dan nggak diterima. That's suck. Sampai sekarang pun aku tetap terus merindukan kehidupan SMP-ku terutama waktu kelas 8. That was the best year ever. Meskipun waktu itu temenku masih belum sebanyak sekarang. Meskipun waktu itu aku masih agak pendiem dan jaim. But I felt like I was belong there. Apa kalian pernah merasakannya?
Kadang aku ngerasa udah berbuat nggak adil sama temen-temenku di kelas 10 ini. Padahal mereka semua baik banget, tapi aku masih aja ngebandingin mereka sama temen-temen SMP. Tapi entah kenapa aku nggak bisa ngelupain kehidupan SMP-ku. Semua kegilaan itu, semua kejadian memalukan, semua candaan yang jayus tapi lucu, semua kesedihan, semua kebahagiaan, semuanya masih dapat kuingat dengan jelas. Aku nggak tahu kenapa tapi aku merasa kalo kelas 8 adalah saat-saat yang paling bahagia. Bertemu dengan temen yang super gila, melakukan banyak hal gila bersama. Waktu itu rasanya aku nggak terlalu banyak berpikir seperti sekarang. Kalo sekarang, rasanya kayak orang tua aja. Banyak pikiran, sering pusing, otak sering overload.
Mungkin move on memang tidak segampang itu. Memang sulit menerima keadaan kita sekarang jika kita terus melihat masa lalu. Tapi bagaimana kalau masa lalu itu terus muncul di pikiran kita? Bagiku, sukses atau tidaknya move on tergantung dari kita. Kalau kita memang bener-bener niat untuk maju, kita harus bisa melupakan masa lalu. Kalau kita ragu, ya udah, gak usah move on. Kadang mulut kita selalu bilang "Aku harus move on. Aku mau move on." kenyataannya? Kita masih nggak rela melepaskan masa lalu itu. Terus-terusan mengingat betapa bahagianya kita dulu. Itu juga terjadi padaku. Dulu aku selalu berniat move on, tapi pada kenyataannya, aku terus-terusan membandingkan kehidupan SMA dengan kehidupan SMP. Kapan berhasil move on? Never. Maka aku sampai pada kesimpulan bahwa aku memang nggak niat move on. Bagiku, masa lalu itu lebih baik terus aku ingat sebagai memori yang indah. Biar aku terus dibayang-bayangi oleh kenangan yang baik itu, selama aku tidak ikut ditarik mundur. Biarlah aku terus membandingkan kehidupanku, selama di masa depan aku menjanjikan kehidupan yang lebih baik untuk diriku sendiri. Biar aku gagal move on, selama hal itu pantas untuk diingat. Yang penting aku tidak rugi.

Friday 5 April 2013

Dear Yuli


Aku menatap layar laptop yang menampilkan foto-foto seorang cowok dalam berbagai pose sambil tersenyum. Tanpa sadar, sesekali aku menggumam, “Kenapa ada cowok seganteng ini ya?” Cowok itu memang ganteng sekali. Terlalu ganteng hingga tak ada kata-kata yang tepat untuk menjelaskan ketampanannya. Entah kenapa, tapi wajahnya dalam berbagai mimik dan segala tingkah lakunya begitu membuatku terpesona. Hanya melihat senyumnya mampu membuatku ikut tersenyum. He’s the first guy to make me smile with no reason.

Lee Donghae. Itulah nama cowok, atau lebih tepat disebut artis, yang berhasil membuatku gila seperti orang jatuh cinta. Dia tidak pernah berbuat baik padaku, dia juga tidak pernah tersenyum padaku, bahkan aku tidak pernah bertemu dengannya! Tapi entah kenapa, aku tetap memujanya. Sejak pertama kali aku melihat wajahnya di sebuah majalah, aku langsung menyukainya. Semakin lama, bukannya melupakan, aku malah semakin tergila-gila. Aneh memang. Mungkin ada yang berpikir hal ini menyeramkan, aku terkesan seperti seorang stalker yang psikopat. Tapi tentu saja aku bukan orang seperti itu. Aku hanyalah seorang gadis remaja normal yang baru saja menemukan idolanya.

Aku masih saja memandangi foto-fotonya tanpa merasa bosan sedikit pun. Tiba-tiba saja aku teringat akan seseorang. Orang yang membuatku semakin tergila-gila padanya. Orang yang menjadi tempatku berbagi informasi dan cerita tentangnya. Orang yang akhirnya menjadi bagian penting dalam hidupku. Orang yang akhirnya juga menjadi tempat aku menceritakan segala suka cita dan keluh kesahku. Sahabatku.

Jujur saja, aku sudah lupa bagaimana kita bisa menjadi sedekat ini. Sejak awal kelas 9 aku sudah tahu kalau dia memiliki idola yang sama denganku, tapi hal itu tidak membuat kami langsung akrab. Namun aku masih mengingat saat-saat kita mulai dekat dengan jelas. Saat-saat yang tidak mungkin aku lupakan. Keberadaannya ketika itu sungguh berdampak besar bagiku. Selain tentu saja, stress saat ujian berkurang, saat itu juga yang membuat dia menjadi sahabatku sekarang.

Satu tahun yang lalu, bulan April tahun 2012, memasuki musim ujian.
Entah kenapa kita menjadi dekat. Tiba-tiba saja kita sering menghabiskan waktu bersama-sama. Pergi ke manapun bersama. Bercanda bersama, bergosip bersama, yah, intinya selalu bersama. Banyak hal yang dibicarakan, mulai dari teman-teman, ujian, sampai idola. Sejak saat itu pula, dia banyak menceritakan kepadaku tentang Donghae. Dan aku, perlahan-lahan mulai berani mengungkapkan kecintaanku terhadap artis tampan tersebut. Aku menjadi berani mengakui bahwa aku adalah fansnya. Itu semua berkat dia, sahabatku. Itu semua berkat seseorang yang bernama Yuli.

Mengingat peristiwa itu membuatku tersenyum, heran. Bagaimana mungkin dalam waktu sesingkat itu dia bisa langsung menjadi sahabatku? Bahkan sampai sekarang ketika kita sudah masuk di sekolah berbeda. Mungkin inilah yang dinamakan takdir. Tuhan yang merencanakan seorang Yuli untuk menjadi sahabatku. Entah sudah berapa banyak SMS yang aku kirimkan kepadanya, baik sekedar menceritakan betapa kerennya Donghae, sampai betapa aku sangat merindukan kehadirannya. Entahlah. Semua ini berjalan terlalu cepat. Untunglah hal itu tidak merusak persahabatan kami.

Terkadang aku menyesal. Mengapa baru mengenal dia menjelang kelulusan? Mengapa tidak berteman dengannya sejak awal? Memang terkadang rencana Tuhan sungguh tidak bisa ditebak. Tapi aku tahu pasti, bahwa Dia sungguh tahu apa yang terbaik bagiku. Dia telah memberikanku seorang sahabat baru yang bisa diandalkan. Tak bisa kuungkapkan betapa aku berterima kasih pada Tuhan, juga pada Lee Donghae yang telah mempersatukan kami. Lalu, jika aku tidak mengidolakan seorang Lee Donghae, apakah aku tetap bisa bersahabat dengan seorang Yuli? Ataukah aku akan menemukan Yuli lainnya? Mungkin pertanyaan itu tidak seharusnya terjawab. Cukup mengetahui sekarang aku memiliki Yuli sebagai seorang sahabat, tak peduli mengapa dan bagaimana.

P.S. : (for Yuli, if you read this) Aku memang bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan semua yang aku rasakan dengan mudah, malah aku cenderung menutupinya. Aku harap dengan tulisanku ini kamu mengerti kalau kamu berharga bagi aku. You can always count on me :) ELFish forever, ok? ({})

Wednesday 3 April 2013

Quote of The Week

I found this quote about 3 days ago on Twitter. The moment I read it, somehow I remembered my best friends. It's just so much alike with our friendship. I hope you feel that this quote is great too!


Friday 29 March 2013

The (too) Salty Dish


Mungkin ketika kalian membaca judul posting ini, kalian berpikir aku akan menjadi seorang kritikus makanan. Well, bagi yang beranggapan seperti itu, kalian salah. Aku nggak mau jadi seorang kritikus, sebuah pekerjaan yang terlalu berat untuk manusia yang tak sempurna seperti aku ini (haha). Tapi memang ada benernya juga sih, aku akan sedikit mengkritik makanan yang beberapa hari lalu aku makan. Hanya sedikit kok, tenang saja.
So, here’s the story. Sekitar 3 hari yang lalu, aku makan sushi (sushi’s one of my favourite foods, just FYI) di sebuah restoran masakan Jepang yang cukup terkenal di kota tempat aku tinggal sekarang. Saat itu, aku mengajak mamaku tercinta yang memang lagi ngidam pingin makan sushi. Aku sudah pernah makan di tempat ini beberapa kali sebelumnya sama temen-temen, tapi nggak pernah pergi sama mama. It was her first time. Awalnya sih, mamaku agak males. Selain restorannya yang cukup jauh dari rumah, nyari parkir di sana juga susah. Tapi, dengan kekuatan bulan (baca:pemaksaan), akhirnya mamaku mau juga makan di sana. Aku berani menjamin bahwa makanan di sana enak dan harganya murah. Berhubung aku adalah anak yang berbakti, jujur, dan rajin menabung, maka mamaku sangat percaya dengan omonganku.
Well, kelihatannya aku sudah mulai melantur lagi, jadi to the point aja deh. Sushi-nya asin banget. Ya, ciyus, asin pake BANGET. Mamaku langsung memasang tampang kecewa. “Kok sushi-nya asin gini sih? Katamu enak?” Dengan senyum yang sedikit dipaksakan, aku masih berusaha meyakinkan mama. “Waktu aku ke sini sama temen-temen enak, kok, ma. Nggak tau kok sekarang jadi kayak gini.” Namanya orang apes ya gini ini. Waktu aku lagi makan sendiri, rasanya enak banget, kayak dimasak sama chef Gordon Ramsay. Tapi, begitu aku ngajak mama, eh, rasanya kayak sushi buatan peserta Masterchef yang nggak lolos 100 besar.
Tapi yang jadi pokok pembicaraan bukan Masterchef, juga bukan chef Gordon Ramsay. Ada satu perkataan mamaku yang tiba-tiba membuat aku bertanya-tanya. Katanya, “Kalo makanannya keasinan, artinya yang masak minta kawin!” Aku memang sudah sering mendengar pepatah ini, tapi entah kenapa hari itu aku bener-bener tersentuh. Aku heran, kenapa masakan yang keasinan identik dengan orang mau kawin? Gimana kalo yang masak udah kawin? Masa minta kawin lagi? Kalau dipikir pakai nalar dan logika (walaupun logika anak SMA ingusan) itu agak nggak masuk akal banget. Mungkin di suatu daerah nun jauh di sana ada tradisi di mana orang yang nikah bakal ditaburin garam, bukannya bunga. Makanya kalo suatu masakan keasinan, tandanya dia pingin kawin, pingin ditabur-taburin garam. Masalahnya, ini Indonesia. Aku nggak pernah tau ada adat seperti itu. (kalo ada orang Indo yang melakukan hal ini, tolong beri tahu!)
Sampai detik aku menulis posting ini pun, I still have no idea, kenapa ada pepatah macam itu? Aku nggak menemukan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa menurunnya kemampuan seseorang untuk merasakan rasa asin dalam masakan merupakan efek dari meningkatnya hormon minta kawin. Atau mungkin di masa depan salah satu dari kalian bakal mengungkapnya? Itu akan sangat membantu sekali bagi seluruh umat manusia (baca:saya). I guess, kalian yang membaca posting ini pun jadinya ikut-ikutan bertanya-tanya. Iya, ya, kenapa ada pepatah seperti itu? Kenapa penulis posting ini kurang kerjaan membahas pepatah itu? Apakah penulis mengarang pepatah itu? Apakah penulis kurang waras? Jawabannya, TIDAK teman-teman. Pepatah itu sungguhan ada, serius. Dan aku bener-bener murni heran dan kurang kerjaan.
Looks like an open ending here. Aku masih nggak bias menjabarkan pepatah itu menjadi hal yang logis dan bisa diterima. Jadi, aku menyerahkan semua teka-teki yang sudah sedikit terkupas ini ke dalam tangan kalian. I trust you, my loyal readers! You will help me, won’t you?