Monday 14 October 2013

In A Mess

Pernah nggak kalian ngerasa bahwa hidup kalian lagi kacau banget? Nilai di sekolah jelek, tengkar sama pacar ato temen, dimarahi orang tua, dll yang bikin kalian pingin marah sambil nangis (nah). Situasi di mana kamu serasa tidak bisa mengendalikan hidupmu. Kalo kalian pernah ngerasain itu, kita senasib bung :') Kalian pasti tahu kekacauan dalam hidup kalian yang damai akan mengakibatkan perasaan sedih, pingin marah, pingin nangis, pokoknya emosional dan melankolis banget deh. Itu semua adalah hal yang sangat dihindari oleh semua orang, tapi sayangnya sulit dihindari.

Aku juga nggak ngerti gimana awalnya aku bisa ngerasa kacau banget, but this is life. Izinkan aku curhat ya :3 Akhir-akhir ini, entah sudah berapa lama, tapi aku ngerasa bahwa hidupku agak nggak terkendali. Nilai-nilaiku terombang-ambing, kehidupan sosialku buram, keadaan batinku juga rapuh. Bukannya aku nggak berusaha, tapi ada aja yang menghalangi aku untuk memperbaiki itu semua. Nilaiku yang turun misalnya, aku udah belajar sekuat tenaga, tetep aja hasilnya nggak bisa terlalu memuaskan. FYI, aku nggak suka dikalahin. No problem sih kalo orang yang ngalahin aku emang layak menurut seleksi yang aku bikin, tapi kalo yang bisa ngalahin aku adalah orang yang nggak masuk hitungan, pasti aku bakal sakit hati banget. Dalam hal ini adalah anak di kelasku. Waktu menerima laporan bulanan (rapor sisipan) kemarin, meskipun nilaiku gak bagus-bagus amat, tapi aku bisa ranking 1 di kelasku dan bagiku, itu harus dipertahankan. Anak yang bikin aku kesel dan sirik ini, dapet ranking 2 waktu itu padahal nilainya juga bagus. Tapi, bulan ini entah hanya perasaanku ato emang beneran, nilai-nilai dia menurutku jauh lebih bagus daripada aku. Tentu aku gak terima. Aku juga nggak yakin dengan alasannya, tapi dia emang gak masuk hitungan sebagai saingan beratku. Mungkin mulai saat ini aku harus memasukkannya dalam daftar itu. Begitulah, sebelumnya aku nggak pernah merasa se-terancam ini sama nilaiku di sekolah, makanya aku agak kalap. Khawatir dan takut dikalahkan.

Kehidupan sosialku juga sama, abu-abu. Emang dari dulu aku bukan termasuk anak populer ato anak ramah dan cerewet yang dicintai banyak orang. But, at least, I have those best friends whom I can talk to everyday. Dulu, bisa dibilang setiap hari aku sms-an sama sahabatku. Entah curhat ato cuma sekedar membahas masalah-masalah abstrak. Sekarang? Boro-boro sms, megang handphone aja jarang. Bukan berarti aku gak punya waktu, tapi aku males. Somehow, aku males banget sms-an, twitter-an, whatsapp-an, teleponan, line-an, dan apapun-an. Intinya, aku males bersosialisasi. Bukan berarti aku pingin jadi anak kuper, aku cuma males banget sok perhatian dan sok pingin curhat padahal kenyataannya aku nggak pingin cerita. Dari luar kelihatannya aku menjauh dari temen-temenku, tapi aku cuma capek dan malas. Aku punya banyak masalah, tapi aku nggak mau cerita atau mungkin nggak tahu harus cerita ato nggak. Sekilas emang aku sepertinya complicated banget. This is me. Aku cenderung menyimpan masalahku sendiri karena aku berpikir nggak ada orang lain yang bisa menyelesaikan masalahku. Aku berprinsip mandiri. Aku harus bisa menyelesaikan semuanya sendiri walaupun kenyataannya aku nggak kuat. Tapi aku terlalu keras kepala untuk mau berubah. Aku tetap menyimpan semuanya sendiri, bergumul sendiri, tanpa menyadari bahwa aku punya orang-orang yang siap untuk membantuku. Buat semua temenku, maaf kalo aku jadi nyebelin. Maaf kalo aku jarang bahkan gak pernah sms. Maaf banget.

Keadaan batinku yang lagi rapuh ini disponsori oleh keenggananku menceritakan masalah-masalahku sama orang lain. Seperti yang udah aku omongin di atas, aku emang tertutup. Aku tetep nggak mau orang lain tahu masalahku meskipun rasanya tiap hari aku pingin nangis. Di SMA ini, menurutku banyak banget orang munafik. Aku nggak bisa melihat hubungan yang tulus. Mungkin aku yang impulsif, tapi aku ngerasa kalo mereka berteman karena suatu hal duniawi, entah materi atau popularitas. Intinya, kalau kamu nggak bisa menyamakan diri dengan mereka, kamu bakal dikucilkan. Sebenarnya aku males kalau harus pura-pura ramah dan baik di depan temen-temenku, tapi kalau nggak gitu mungkin masa-masa SMA-ku bakal jadi sangat suram. Memang sih, nggak semuanya seperti itu, tapi tetap orang-orang mayoritas lebih berkuasa, that's why I'm always in a pressure. Seringkali aku ingin menghilang dari dunia ini (bukan berarti aku pingin mati). Aku cuma ingin hidup di dunia di mana aku nggak harus pura-pura baik, pura-pura ramah sama orang supaya bisa dilihat. Aku ingin bisa dianggap normal walaupun nggak pernah mau ngajak ngomong orang lain. Kadang-kadang aku miris kalo inget sama temen-temen baik ku waktu SMP. Mereka berusaha menghubungi aku, tapi aku nggak pernah nanggepin. Aku nggak mau mereka tahu kalo keadaanku sekarang lagi kacau.

As conclusion, I can say that my life is COMPLETELY IN A MESS. Aku nggak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk keluar dari kondisi ini, but I hope it's not for a long time. Aku harus bangkit dan bersiap-siap untuk masa depanku. Wish me lots of luck! Semoga aku bisa jadi lebih kuat dan melewati semuanya ini secepat mungkin. AMEN.

No comments:

Post a Comment